Nama : Marsiana Priska
NIM :
135200075
NASIB ANAK
KOS
Menjadi mahasiswa rantau adalah
suatu tantangan besar bagiku. Diterima kuliah di suatu universitas di luar
pulau jauh dari rumah membuat seseorang
mau tak mau harus menerima status barunya sebagai mahasiswa rantau. Tentu saja
menjadi mahasiswa rantau bukanlah hal biasa yang mudah untuk dijalani.
Bayangkan saja aku harus beradaptasi mulai dari nol untuk bisa bertahan hidup
di lingkungan yang baru, lingkungan perantau. Semua harus saya mulai dari awal,
untuk belajar kebudayaan baru, kebiasaan baru, teman-teman baru, dan lingkungan
tempat tinggal yang baru. Itulah yang membuat mahasiswa rantau unik, karena
kami memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan
perantau.Saya membutuhkan persiapan yang
lebih banyak untuk memulai masa kuliahku.
Ada banyak persiapan yang harus mulai dipikirkan
segera setelah menerima pernyataan bahwa aku diterima di suatu universitas yaitu PGRI ADI BUANA SURABAYA . Hal utama yang harus dipikirkan
adalah dimana aku akan tinggal nanti, di tempat seperti apa saya akan tidur dan di kamar yang seberapa luas aku akan menjalani hari-hariku. kamar kos atau
rumah kontrakan, ini adalah dua pilihan yang bisa menjadi tempat tinggalku
kelak saat aku menjadi mahasiswa rantau.
Ada kelebihan dan ada kekurangan dari masing-masing tempat tinggal ini. Kalau
aku memilih kos, maka aku bisa memiliki kamar pribadi yang hanya ditempati oleh
diriku sendiri.Beda lagi kalau aku
memilih mengontrak rumah dengan teman-temanku yang asalnya sama denganku. aku
bisa mengontrak satu rumah untuk beberapa orang. aku bisa berbagi kamar dengan
mereka dan tidak akan merasa kesepian. Tapi aku akan menemukan banyak konflik
di sini.Tinggal serumah dengan orang lain meskipun itu teman sendiri tetap
memungkinkan aku untuk memiliki konflik
dengan mereka. Bisa jadi karena kebiasaan yang saling bertentangan satu sama
lain. Bisa juga karena sikap yang kurang menyenangkan kalau sama-sama sedang
dalam keadaan bad mood. Kalau sudah begini bisa-bisa persahabatan dengan
mereka malah akan retak, jadi aku serba bingung. Setelah banyak masukan dari
kakak-kakak tingkat akhirnya akupun memilih untuk tinggal di kos.
Selesai memilih tempat tinggal, akupun harus mulai
memikirkan apa saja yang akan dibawa untuk memenuhi kamarku. Selain itu aku
juga akan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak. Tentu saja, karena aku
harus membawa perlengkapan untuk hidup sehari-hari. Aku juga membutuhkan mental
yang sangat kuat. Aku akan menjalani kehidupan yang benar-benar berbeda dari
hidupku sebelumnya di rumah. aku akan menjalani dua tekanan yang sama-sama
beratnya yaitu tekanan perkuliahan di kampus mulai dari masalah pergaulan,
dosen, mata kuliah, tugas-tugas dan masih banyak lagi.tekanan yang datang dari
tuntutan untuk menjalani kehidupan dengan mandiri di tempat yang baru. Menjadi
mahasiswa rantau berarti aku harus tinggal jauh dari keluarga. Tidak melihat
wajah ayah dan ibu juga adik atau kakak setiap hari. Masalah keuangan seringkali
menjadi masalah langganan bagii sebagai anak kos. Namanya juga sedang merantau,
tentu saja tidak bebas minta uang kepada orang tua.Aku harus menunggu transferan dari orang tua.
Biasanya orang tua akan memberikan jatah bulanan yang dikirim satu bulan sekali
pada tanggal tertentu. Seperti inilah yang membuat aku harus pandai mengatur
pengeluaran karena kalau tidak bisa jadi
uang bulanan akan habis sebelum jatah uang bulan berikutnya dikirim.Banyak
orang mengatakan bahwa Mahasiswa biasa dikenal sebagai kaum miskin uang yang
tugasnya berhemat setiap hari, apalagi mahasiswa rantau. Kalau ingin tahu
caranya berhemat ya tanyakan saja pada saya. Benar saja mahasiswa rantau bisa
menjadi ahlinya melakukan penghematan uang.
Pagi yang sangat cerah aku duduk termenung
di kamar kosku,karena hari itu aku pertama kali tinggal di kos.Aku sangat sedih
karena aku tinggal di tempat yang sangat asing, teman yang baru dan aku pun
harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.Malam harinya aku dengar ada
yang ketok pintu kamarku,ternyata itu adalah bapa kosku, hanya untuk mengingat
aku peraturan yang ada di kosnya.Bebrapa menit kemudian aku dengar ada lagi
yang ketok pintu kamarku...tok...tok...tok...
“ permisi mbak....suara itu sangat
asing bagiku,akupun bangun dari tempat tidurku dan membuka pintu dan ternyata
itu adalah Dinda,dia juga anak baru di kos itu.Dia mengajak aku duduk di ruang
tamu dan kami menceritakan tentang asal kami masing-masing dari situ kamipun
menjadi sahabat. Sejak itu juga akupun mulai betah tinggal di kos itu karena
aku sudah menemukan teman baruku.Meskipun kami beda jurusan, kami tetap
berangkat bersama pergi ke kampus.Tidak lama kemudian kami pun sudah satu tahun di kos itu.Saat saya tidak mempunyai uang kertas
sama sekali, Saat itu tanggal 27 oktober 2014 dan ini pun tanggal tua, dompet saya benar benar kosong, tiba-tiba
Dinda datang ke kamarku....
“ mbak aku udah bosan di kos terus,kita tidak pernah
keluar selama ini”
“ ohw... kamu mau jalan-jalan kemana,”sahutku dengan
santai.
“aku sih mau
ke mall, mau beli baju....akupun jawabnya dengan polos “ iya kita berangkat
sekarang”
Kamipun berangkat, selama dalam perjalanan pikiranku
tidak tenang karena aku tidak membawa uang sama sekali. Tiba di mall,Dinda
mulai memilih baju dan dia belanja sangat banyak dan dia pun tidak sadar dia
mengeluarkan uang sebanyak satu juta dan
aku hanya benar – banar untuk teman dia pergi untuk bersenang- senang, saya
tidak mengeluar uang serupiahpun.
Saya berupaya mencari cara untuk bisa makan
dan akhirnya saya memutuskun untuk mengumpulkan recehan berupa pecahan 500 dan
100 perak yang banyak berserakan di kamar kost saya. Puji Tuhan totalnya Rp.
25.000. Ketika saya sudah sangat bersyukur masalah lain muncul bagaimana uang
untuk print tugas, uang untuk kumpul dan bagaimana saya bisa makan dengan 25.000 dalam
waktu 3 hari? sedangkan harga nasi sekitar kampus sangat mahal. Makan di warteg
hanya bisa 3 kali. Akhirnya saya memutuskan membaginya menjadi 3 bagian, masing
masing 8000. Saya memustuskan untuk membeli gorengan dekat kamar kostku dengan
recehan berjumlah Rp.8000 saya makan gorengan 3 kali sehari, 4 biji untuk
sarapan, 4 biji untuk makan siang dan 4 biji untuk makan malam, beruntunglah
saya punya teman kost yang baik , yang mau berbagi air minum. Demikianlah
selama 3 hari saya hidup hanya dengan makan gorengan dan minum air putih ada
lagi Pengalaman hidup hemat
yang paling saya kenang sebagai mahasiswa adalah saat saya hanya memiliki
uang Rp10.000, dan dalam seminggu saya hanya makan Nasi
dengan tempe goreng saja. Bosen nggak bosen, sehat atau tidaknya yang penting
perut kenyang. Selain itu, saat kuliah saya hanya membawa bekal air minum agar
tidak kehausan. Alasan saat diajak teman pergi ke kantin adalah saya lagi ada
urusan dan tidak bisa di tinggalkan. Beginilah nasibku sebagai anak kos, suka
dan dukanya selama saya tinggal di kos yang sudah pernah merasakan, dan ini
semua awal dari kesuksesan.Setiap pengalaman pasti ada suka dan duka. Begitu
juga dengan pengalamanku ketika menjadi
mahasiswa rantau. Ada banyak duka yang harus aku hadapi di tempat perantauan tapi
ada juga suka yang bisa aku petik dari
tempat perantauan dan aku jadikan bekal
di kehidupanku yang akan datang. Yang
paling penting dari menjadi mahasiswa rantau adalah selalu ingat pada keluarga
di rumah. Ingat bahwa merantau demi
mereka, maka semua kesedihan dan kesulitan di tempat perantauan akan bisa selesaikan dengan mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar