Senin, 22 Mei 2017



Nama : Marsiana Priska
NIM : 135200075


NASIB ANAK KOS

Menjadi mahasiswa rantau adalah suatu tantangan besar bagiku. Diterima kuliah di suatu universitas di luar pulau  jauh dari rumah membuat seseorang mau tak mau harus menerima status barunya sebagai mahasiswa rantau. Tentu saja menjadi mahasiswa rantau bukanlah hal biasa yang mudah untuk dijalani. Bayangkan saja aku harus beradaptasi mulai dari nol untuk bisa bertahan hidup di lingkungan yang baru, lingkungan perantau. Semua harus saya mulai dari awal, untuk belajar kebudayaan baru, kebiasaan baru, teman-teman baru, dan lingkungan tempat tinggal yang baru. Itulah yang membuat mahasiswa rantau unik, karena kami memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan perantau.Saya  membutuhkan persiapan yang lebih banyak untuk memulai masa kuliahku.
Ada banyak persiapan yang harus mulai dipikirkan segera setelah menerima pernyataan bahwa aku diterima di suatu universitas  yaitu PGRI ADI BUANA  SURABAYA . Hal utama yang harus dipikirkan adalah dimana aku akan tinggal nanti, di tempat seperti apa saya  akan tidur dan  di kamar yang seberapa luas aku  akan menjalani hari-hariku. kamar kos atau rumah kontrakan, ini adalah dua pilihan yang bisa menjadi tempat tinggalku kelak saat aku  menjadi mahasiswa rantau. Ada kelebihan dan ada kekurangan dari masing-masing tempat tinggal ini. Kalau aku memilih kos, maka aku bisa memiliki kamar pribadi yang hanya ditempati oleh diriku sendiri.Beda lagi  kalau aku memilih mengontrak rumah dengan teman-temanku yang asalnya sama denganku. aku bisa mengontrak satu rumah untuk beberapa orang. aku bisa berbagi kamar dengan mereka dan tidak akan merasa kesepian. Tapi aku akan menemukan banyak konflik di sini.Tinggal serumah dengan orang lain meskipun itu teman sendiri tetap memungkinkan aku  untuk memiliki konflik dengan mereka. Bisa jadi karena kebiasaan yang saling bertentangan satu sama lain. Bisa juga karena sikap yang kurang menyenangkan kalau sama-sama sedang dalam keadaan bad mood. Kalau sudah begini bisa-bisa persahabatan dengan mereka malah akan retak, jadi aku serba bingung. Setelah banyak masukan dari kakak-kakak tingkat akhirnya akupun memilih untuk tinggal di kos. 





Selesai memilih tempat tinggal, akupun harus mulai memikirkan apa saja yang akan dibawa untuk memenuhi kamarku. Selain itu aku juga akan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak. Tentu saja, karena aku harus membawa perlengkapan untuk hidup sehari-hari. Aku juga membutuhkan mental yang sangat kuat. Aku akan menjalani kehidupan yang benar-benar berbeda dari hidupku sebelumnya di rumah. aku akan menjalani dua tekanan yang sama-sama beratnya yaitu tekanan perkuliahan di kampus mulai dari masalah pergaulan, dosen, mata kuliah, tugas-tugas dan masih banyak lagi.tekanan yang datang dari tuntutan untuk menjalani kehidupan dengan mandiri di tempat yang baru. Menjadi mahasiswa rantau berarti aku harus tinggal jauh dari keluarga. Tidak melihat wajah ayah dan ibu juga adik atau kakak setiap hari. Masalah keuangan seringkali menjadi masalah langganan bagii sebagai anak kos. Namanya juga sedang merantau, tentu saja tidak bebas minta uang kepada orang tua.Aku  harus menunggu transferan dari orang tua. Biasanya orang tua akan memberikan jatah bulanan yang dikirim satu bulan sekali pada tanggal tertentu. Seperti inilah yang membuat aku harus pandai mengatur pengeluaran  karena kalau tidak bisa jadi uang bulanan akan habis sebelum jatah uang bulan berikutnya dikirim.Banyak orang mengatakan bahwa Mahasiswa biasa dikenal sebagai kaum miskin uang yang tugasnya berhemat setiap hari, apalagi mahasiswa rantau. Kalau ingin tahu caranya berhemat ya tanyakan saja pada saya. Benar saja mahasiswa rantau bisa menjadi ahlinya melakukan penghematan uang.
Pagi yang sangat cerah aku duduk termenung di kamar kosku,karena hari itu aku pertama kali tinggal di kos.Aku sangat sedih karena aku tinggal di tempat yang sangat asing, teman yang baru dan aku pun harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.Malam harinya aku dengar ada yang ketok pintu kamarku,ternyata itu adalah bapa kosku, hanya untuk mengingat aku peraturan yang ada di kosnya.Bebrapa menit kemudian aku dengar ada lagi yang ketok pintu kamarku...tok...tok...tok...
“ permisi mbak....suara itu sangat asing bagiku,akupun bangun dari tempat tidurku dan membuka pintu dan ternyata itu adalah Dinda,dia juga anak baru di kos itu.Dia mengajak aku duduk di ruang tamu dan kami menceritakan tentang asal kami masing-masing dari situ kamipun menjadi sahabat. Sejak itu juga akupun mulai betah tinggal di kos itu karena aku sudah menemukan teman baruku.Meskipun kami beda jurusan, kami tetap berangkat bersama pergi ke kampus.Tidak lama kemudian  kami pun sudah satu tahun di kos itu.Saat saya tidak mempunyai uang kertas sama sekali, Saat itu tanggal 27 oktober 2014 dan ini pun tanggal tua,  dompet saya benar benar kosong, tiba-tiba Dinda datang ke kamarku....


“ mbak aku udah bosan di kos terus,kita tidak pernah keluar selama ini”
“ ohw... kamu mau jalan-jalan kemana,”sahutku dengan santai.
“aku sih mau ke mall, mau beli baju....akupun jawabnya dengan polos “ iya kita berangkat sekarang”
Kamipun berangkat, selama dalam perjalanan pikiranku tidak tenang karena aku tidak membawa uang sama sekali. Tiba di mall,Dinda mulai memilih baju dan dia belanja sangat banyak dan dia pun tidak sadar dia mengeluarkan uang sebanyak satu juta  dan aku hanya benar – banar untuk teman dia pergi untuk bersenang- senang, saya tidak mengeluar uang serupiahpun.
 Saya berupaya mencari cara untuk bisa makan dan akhirnya saya memutuskun untuk mengumpulkan recehan berupa pecahan 500 dan 100 perak yang banyak berserakan di kamar kost saya. Puji Tuhan totalnya Rp. 25.000. Ketika saya sudah sangat bersyukur masalah lain muncul bagaimana uang untuk print tugas, uang untuk kumpul dan  bagaimana saya bisa makan dengan 25.000 dalam waktu 3 hari? sedangkan harga nasi sekitar kampus sangat mahal. Makan di warteg hanya bisa 3 kali. Akhirnya saya memutuskan membaginya menjadi 3 bagian, masing masing 8000. Saya memustuskan untuk membeli gorengan dekat kamar kostku dengan recehan berjumlah Rp.8000 saya makan gorengan 3 kali sehari, 4 biji untuk sarapan, 4 biji untuk makan siang dan 4 biji untuk makan malam, beruntunglah saya punya teman kost yang baik , yang mau berbagi air minum. Demikianlah selama 3 hari saya hidup hanya dengan makan gorengan dan minum air putih ada lagi Pengalaman hidup hemat yang paling saya kenang sebagai mahasiswa adalah saat saya hanya memiliki uang Rp10.000, dan dalam seminggu saya hanya makan Nasi dengan tempe goreng saja. Bosen nggak bosen, sehat atau tidaknya yang penting perut kenyang. Selain itu, saat kuliah saya hanya membawa bekal air minum agar tidak kehausan. Alasan saat diajak teman pergi ke kantin adalah saya lagi ada urusan dan tidak bisa di tinggalkan. Beginilah nasibku sebagai anak kos, suka dan dukanya selama saya tinggal di kos yang sudah pernah merasakan, dan ini semua awal dari kesuksesan.Setiap pengalaman pasti ada suka dan duka. Begitu juga dengan pengalamanku  ketika menjadi mahasiswa rantau. Ada banyak duka yang harus aku hadapi di tempat perantauan tapi ada juga suka yang bisa aku  petik dari tempat perantauan dan aku  jadikan bekal di kehidupanku  yang akan datang. Yang paling penting dari menjadi mahasiswa rantau adalah selalu ingat pada keluarga di rumah. Ingat bahwa  merantau demi mereka, maka semua kesedihan dan kesulitan di tempat perantauan akan bisa  selesaikan dengan mudah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ESAI CERPEN YANG BERJUDUL “ RENDEMEN” Karya Shoim Anwar Cerpen yang berjudul “Rendemen” menceritakan bagaimana suasana kehidupan di masya...